My Profile

My photo
Jakarta and Bandung, Indonesia
Just an engineer who loves what she does and does what she loves (engineering stuffs not included)

My Time

My Living Room


ShoutMix chat widget

Who Visit Me

Kasih Makan Ikan Saya yaa!!

My Followers

Tuesday, January 19, 2010

Alay Seksi (Bagian 2)

(Cerita sebelumnya...)

Perasaan Barbara bercampur aduk karena SMS itu, berdebar-debar sekaligus bingung. Berdebar-debar karena sejak bertemu dengan sosok pria itu, ia terus teringat akan wajahnya yang tampan, dagunya yang belah, badannya yang seksi, serta tatapannya yang tajam. Bingung karena ia agak kurang bisa mengerti isi SMSnya, sehingga ia harus menggunakan usaha lebih untuk mencerna di otaknya. Namun semakin ia menyelami SMS itu, semakin ia merasa Alay keren juga.

“OMG... OMG... Oohh Eeemm Jiii... dia kayaknya pinter banget deh. SMS ajya pake kode-kodean segala. Dia hobi nonton atau baca kisah detektif kali ya? Hihi...” serunya pada dirinya sembari cekikikan sendiri.

Tak butuh waktu terlalu lama untuk berpikir, Barbara pun membalasnya, “Hai… gue belom bobo kok. Ini masih kreyep-kreyep.” Sesaat setelah ia mengirimkan SMS itu, ia menyesal. Kenapa ia menggunakan kata ‘kreyep-kreyep’. Ia merasa kata itu kurang elegan terdengarnya.

Tak sampai tiga menit kemudian, ponselnya berbunyi lagi, tanda SMS masuk, “oOh,,, b’aRty Q gK gHanK9o3 kHan??,, B-L3cH gK kaPhAn” q-Ta kTeMo3an 9ie??,, Wkwkwk,,,”

Kali ini Barbara berpikir agak panjang. Bukan karena deretan huruf dan angka yang melebur dan semakin membingungkan. Namun karena kondisi dilematis yang menderanya sehingga menjebaknya dalam proses kontemplatif yang jauh dari sederhana

“Ah apa yang kulakukan? Mengapa dorongan untuk bertemu dengannya terus mendera jiwa dan ragaku?” desahnya. Otaknya menyuruhnya untuk tak membalas lagi SMS itu. Namun syaraf motoriknya berkata lain. Kedua jari jempolnya yang mungil dengan kuku yang baru saja dilapisi kuku palsu bernuansa pink dan Hello Kitty dengan lihai memainkan tombol-tombol ponselnya untuk membalas SMS itu.

“Boleh ajya. Tapi jangan siang-siang ya. Karena gue vampir!” jawabnya. Sesuatu dari dalam dirinya begitu kuat mendorongnya untuk jujur saja sejak awal.

Lalu datang lagi balasan dari Alay, “W.O.W Q-mo3 fAmPhiRz?,, kReN b9Tz dHunKz??,,, ecH 9iMz k-Lo3 Q-Ta kTeMo3 mLm miN99u nY??,,, wkwkwk,,,”

Barbara menyatukan puzzle ingatannya tentang jadwalnya untuk malam minggu itu. Ia pun teringat kalau ia telah janjian dengan Sumanto untuk candle light dinner. Bahkan Sumanto berjanji mengajak Barbara untuk terbang ke tempat kencan mereka. Barbara sudah lama tidak terbang bersama Sumanto. Sementara ia sendiri tak bisa terbang.

Entah apa yang dipikirkan gadis labil itu, ia pun menjawab, “Boleh. Tapi ketemuannya agak dini hari gitu ya. Soalnya gue ada janji dulu sebelumnya. Eh gue udah pengen tidur nih. See ya!”

Alay pun membalasnya dengan, “MetH bO” eea,,,”. Dan proses SMSan pun berakhir. Sebenarnya jauh di dalam lubuk hatinya Barbara tak mau bertemu dengan makhluk manis itu karena takut jatuh cinta. Namun perasaan takut itu jauh-jauh terkubur karena alasan mumpung masih muda, mengapa tak bertemu dengan orang sebanyak-banyaknya saja? Kapan lagi?

Malam itu Barbara tidur dengan senyuman menghiasi wajahnya.

***

Malam Minggu masih beberapa hari lagi. Pada malam Jumat, Barbara mendapatkan kejutan dari kekasihnya. Bukan kejutan yang menyenangkan tepatnya. Sumanto mengabari bahwa ia mendadak tak bisa memenuhi janjinya untuk kencan pada malam Minggu itu. Ia sedang sibuk mempersiapkan kongres vampir se-Asia dan ia memegang tampuk seksi acara pada Pelatihan Memangsa Korban Tanpa Terlalu Lama Menyiksa.

Spontan, Barbara yang agak kecewa langsung mengirim SMS pada Alay agar janjian mereka dipercepat. Sudah barang tentu Alay setuju. Kini justru Barbara menjadi tak sabar menanti datangnya malam pertemuan mereka berdua. Barbara dan Alay bagaikan atlit yang sedang lari marathon, tak sabar untuk segera mencapai garis finish.

***

Malam itu datang jua. Malam yang dinanti-nanti oleh dua sejoli yang sedang hangatnya keceng-kecengan. Barbara berdandan maksimal. Ia menyemprot parfum kesayangannya berulang kali, sehingga wanginya bisa membuat bersin-bersin atau pusing, atau pingsan bagi beberapa orang yang paru-parunya lemah. Namun bagi Alay, aroma parfum itu sangat membangkitkan semangatnya.

Alay merasa bangga bisa kencan dengan wanita seksi macam Barbara. Tentu saja ia pun telah mempersiapkan gayanya sendiri. Rambutnya telah ditata di salon kepercayaannya. Tatanan rambutnya telah menjelma menjadi sangat ciamik: model asimetris, bagian atas yang meruncing, dilengkapi dengan poni yang menusuk mata. Alay tampak gagah memesona sejuta mata!

Alay menjemput Barbara dengan mobil sedannya yang telah dimodifikasi sedemikian hingga chassis-nya sangat rendah sampai menyentuh tanah dan suara yang dihasilkan knalpotnya sangat garang. Alay ternyata gaul adanya.

Di restoran tempat mereka kencan, mereka mulai mengenal satu sama lain. Sampai suatu titik, dimana Alay harus mengatakan sebuah kejujuran yang ia merasa berat untuk mengutarakannya. “Euh... Barbara. Karena kau sudah jujur padaku tentang identitasmu, aku pun ingin mengakui sesuatu,” Alay berkata dengan gugup dan ragu.

Barbara menunjukan wajah ‘apa sih rahasianya?’ pada Alay. Rasanya tak sabar ingin menguak tabir misteri kehidupan pemuda misterius itu.

“Sebenarnya, aku adalah werewolf alias manusia serigala!” kata Alay lekas-lekas.

Alih-alih terkejut, Barbara malah merasa lega, “Aah pantesan tatapan matamu begitu menerjang bagai serigala. Kenapa kamu nggak bilang waktu kita SMSan waktu itu?” Barbara telah mengganti panggilan gue-lo menjadi aku-kamu, pertanda ia telah merasa nyaman dengan Alay.

“Karena aku takut kamu akan langsung menolakku."

“Kenapa?” “Soalnya kan vampir musuhan sama werewolf. Kamu nonton film Twilight kan? Kan ada penjelasannya di sana.”

“Haha...” Barbara tertawa lepas menunjukkan giginya yang tidak terlalu putih dan kalau dilihat dari dekat, ada potongan cabe nyelip di antara geraham depan dan taringnya. “Nggak masalah kok. Soalnya aku juga hanya vampir jadi-jadian, nggak minum darah manusia dan masih suka makanan manusia.”

Alay tersenyum pertanda tenang akan penjelasan Barbara. Ia semakin melihat Barbara sebagai pribadi yang menarik nan unik. Walaupun saat itu ia lebih jelas melihat cabe yang nyempil di antara dua gigi gadis itu. Alay ingin memperingatinya, namun ia memilih untuk pura-pura tidak tahu saja. Lagipula menurutnya Barbara justru semakin cantik dengan aksen cabe yang menghiasi mulutnya.

“Tapi kamu nonton Twilight kan? Itu kan filmnya megang banget!” Alay berniat membuat sebuah bahan percakapan.

“Ah... nggak!” kata Barbara tegas. “Aku nggak suka Twilight. Aku kan generasi Buffy. Buffy is original, you know?!" katanya agak memaksakan pendapat.

“Hah? Generasi Buffy? E-emang umur kamu berapa?” tanya Alay ragu.

“25. Kamu?” tanya Barbara balik dengan polosnya.

Tiba-tiba raut wajah Alay menegang. Bagian tubuhnya yang lain juga ikut-ikutan menegang seketika... yaitu otaknya.

“Aku... eeuuuhh... 18,” katanya dengan suara memelan.

“Haaaaapppaaaahhhhh????” Barbara kaget.

Alay lebih kaget. Mereka kaget-kagetan. Ternyata umur mereka terpaut cukup jauh.

“Kenapa kau sangat bermutu? Bermuka tua maksudnya?”

“Karena aku ada darah bule. Leluhurku dari Indian.”

“Kamu ada keturunan Indian?! Pantesan seksi!!” Barbara teriak tak kuasa menahan gairah mudanya yang membludak.

Alay tertawa melihat ekspresi Barbara yang imut kalau sedang kaget. “Iya. Dulu, leluhurku pindah dari Amerika ke Indonesia. Dan akhirnya mereka pindah ke Grobogan, karena menurut mereka tempatnya asyik kaya di Tasik dan nyantai kaya di pantai.”

Barbara mendengarkan ceritanya dengan seksama. Kalau ia tak sadarkan diri, air liurnya sudah menetes dari tadi.

“Makanya mukaku tua begini. Biasanya orang bule yang masih belasan kan mukanya lebih tua daripada umurnya,” alih-alih malu, Alay malah bangga.

Kemudian Alay tersadar bahwa ada masalah yang lebih besar dari itu. Ia masih memikirkan mengenai masalah umur. “Oh... aku tak menyangka dia tua juga. Tapi... ooh... dia sungguh imut tak tertahankan. Apakah dia bakalan suka sama aku yang muda ini?” Alay berkata dalam hati.

Sementara Barbara masih terkagum-kagum dengan cerita leluhur Alay. “Ooh... eemm... jiii... He's so cool!! Oh... tidak Barbara! Jangan jatuh cinta padanya! Dia memang keturunan Indian yang juga manusia serigala! Tapi dia masih ABG!! Pasti labil deh!!” Barbara meyakinkan dirinya dalam hati.

Mereka terdiam dalam kosmos kekakuan yang fana.

Namun kemudian Alay memecah kesunyian yang dibentuk dari kekakuan itu dengan pertanyaan yang membuat Barbara kaget setengah mati. Karena memang begitulah Barbara, setengah-mati.

“Barbara, aku jatuh cinta padamu. Maukah kamu jadi pacarku?” tembak Alay tanpa tedeng aling-aling.

Barbara terdiam... Bingung... Resah... Dan gelisah... Bagai semut merah.

(Bersambung...)

Andrew Laysen a.k.a Alay

 

Pink Girlz Blogger Template | Blogger Clicks Design