My Profile

My photo
Jakarta and Bandung, Indonesia
Just an engineer who loves what she does and does what she loves (engineering stuffs not included)

My Time

My Living Room


ShoutMix chat widget

Who Visit Me

Kasih Makan Ikan Saya yaa!!

My Followers

Saturday, December 25, 2010

Akhir Sebuah Masa... Ah Masa?!

Para ibu rumah tangga - yang kesehariannya diam di rumah, mengurus tiga sampai lima anak mereka, dan disibukkan oleh perintilan rumah tangga - menangis seada-adanya.

Para pegawai wanita - yang selalu tergesa-gesa kala senja untuk mencapai rumah mereka sebelum Isya - menitikkan air mata.

Ibu-ibu pejabat - yang sering ditinggal bertugas oleh suaminya - kini merasa kehilangan satu-satunya teman di malam-malam tak ada kondangan, arisan, atau undangan reunian.

Malam ini tak seperti malam-malam sebelumnya. Malam ini telah berhasil menghanyutkan perasaan kaum wanita, atau kaum yang berperasaan seperti wanita, atau kaum yang baru saja menjelma jadi wanita. Tua - muda, kaya - sok kaya, semuanya.

22 Desember 2022 bukan lah Hari Ibu biasa. Ini merupakan malam bersejarah bagi semua makhluk yang telah terbiasa dibuai oleh cinta, amarah, suka, lara, dan segala perasaan manusia.

"Aku tak rela semuanya berakhir!" Sumiyati - 40 tahun, profesi penjaga warung - membuncahkan isi hatinya pada sang suami.

"Tenang, Istriku! Tanpanya pun hidup kita akan berlanjut, dan kita akan baik-baik saja kok!" Sumiyanto, suaminya, dengan sabar menenangkan hati istrinya yang seakan terbakar.

"15 tahun aku melewati masa itu, Yanto! Aku tak biasa bila tanpanya!" Air mata jatuh membasahi pipinya. Ingus membasahi bawah hidungnya. Keringat membasahi ketiaknya.

"Kamu kok kaya Alda Risma? Pake 'aku tak biasa' segala?!" Eh... Ada badak ada panda... Dia ngajak becanda.

Pria itu tahu bahwa ia tak dapat menenangkan hati istrinya dalam waktu semalam saja. Ia sangat mencintai istrinya, dan entah bagaimana ia bahagia karena mulai malam ini sebuah era yang telah menjauhkan istrinya darinya hampir setiap malam, akhirnya berakhir.

Lain lagi dengan Anas, anak saudagar beras, usia lima belas, dua kali tinggal kelas. Pada malam itu, ayahnya, Pak Sambas, sedikit lebih tegas.

"Kamu sudah dua kali nggak naik kelas. Mulai malam ini, kamu harus belajar keras! Dan nggak ada lagi cerita kamu nggak naik kelas! Awas!!"

Pak Sambas melotot. Mata Anas berbinar memancarkan tekad bulat.

"Tenang, Papi! Anas nggak akan mengecewakan Papi lagi! Anas akan belajar setengah mati! Karena mulai malam ini, godaan untuk belajar sudah tak ada lagi. Isgon, Papi!! Masa itu telah usai... telah berganti!"

Anas mengepalkan tangannya kuat-kuat. Pak Sambas dengan mantap menepuk-nepuk bahu puteri semata-wayang-nya dari istri keduanya itu. Ia menaruh harapan yang sangat besar agar puterinya itu bisa meneruskan ke perguruan tinggi negeri bergengsi yang uang masuknya berjeti-jeti.

Sebuah masa telah berakhir. Bagi beberapa orang membawa kepedihan mendalam, bagi beberapa lainnya justru membawa kemajuan. Ada yang menangis pilu, ada yang semangatnya terpacu, ada yang tertawa haru, ada yang kesal sampai getok-getok palu.

Selama 15 tahun, masa ini telah menggerogoti jiwa dan pikiran para perempuan. Selama itu pula kaum hawa terjebak dalam penantian. Setiap awal pasti ada akhir. Akhirnya, malam ini semuanya berakhir.

Fitri dan Farrel telah dipastikan akan hidup bahagia selama sisa hidup mereka.

Masa keemasan Cintra Fitri berakhir di season lima belas.

***

Tuesday, November 30, 2010

Black is the New White... Yeah Right!!

Waktu menunjukkan pukul 13.00 gong. Siang lagi bolong, matahari lagi monyong. Saat yang tepat untuk eksis di luaran dong!

Sekarang musim panas. Musim yang sangat ditunggu oleh hampir semua orang yang peduli akan kecantikan dan penampilan. Aku sendiri sudah siap dengan setelan tanktop dan celana pendekku. Gang centil-centilanku sudah beberapa kali menelepon, memastikan aku sudah berangkat. Mereka sudah menungguku di salah satu tempat berjemur paling hits yang biasa kami sambangi di hampir setiap hari libur pada jam-jam bolong begini.

Aku memang agak telat. Tadi aku membantu Mama maskeran. Masker khusus untuk usia 50 tahun ke atas yang selain bisa menghilangkan kerutan, juga bisa menambah intensitas kegelapan. Aku iri pada Mama-ku. Mengapa kulitnya bisa hitam begitu? Ini semua karena Papa-ku. Ia yang kulitnya putih bersih. Papa sih tak pedulian orangnya.

"Sudah dikasih kulit begini, mau diapain lagi?!" Begitulah ia berkilah sekaligus menasehati aku agar tak terlalu pusing memikirkan penampilan.

Sulit sekali untuk membuat kulitku menjadi hitam - apalagi hitam legam. Jika terlalu lama berpanas-panasan, kulitku hanya akan bersemu kemerahan. Memalukan!

Tapi sebenarnya membantu Mama maskeran memang tak terlalu makan waktu lama. Setengah jam lainnya aku habiskan untuk menonton infotainment. Tayangan gosip edisi hari ini nampak sayang untuk dilewatkan karena isinya artis-artis kesukaanku semua! Laudya Cintya Bella, Rianti Cartwright, dan Cut Tari. Aku nge-fans sama mereka soalnya mereka cantik-cantik. Kulitnya hitam legam nyaris tanpa cela. Bibirnya juga kehitaman senada dengan warna kulit wajahnya. Aku sontak berkaca membandingkan wajah mereka dengan wajahku. Bibirku merah sekali! Sialan!

Lalu artis laki-lakinya ada Tenku Wisnu dan Indra Brugman. Mereka kok nampaknya semakin hitam ya? Ah mungkin mereka suntik hitam. Pasti mahal!

Aku ingat sekali, dulu sewaktu aku SD, aku tak sebergaul sekarang. Dulu aku pendiam karena kulit yang putih bersinar ini! Aku membenci kulitku. Ingin rasanya aku mengulitinya dan menguliti kulit Gayatri, temanku yang paling hitam, lalu menempelkan kulit keparatnya itu ke seluruh tubuhku menggantikan kulitku yang putih menjijikkan ini. Gayatri itu orangnya sok! Mentang-mentang memiliki kulit yang paling hitam, kerjaannya pamer di depan semua orang.

Aku juga menyalahkan kulit putihku ini atas ketidakmungkinan diriku mengikuti ajang bergengsi macam Puteri Indonesia yang mengusung persyaratan 3B. Brain aku punya. Behaviour jangan ditanya! Tapi Black? Itu lah yang membuatku tak kunjung lolos dengan suksesnya, bahkan di tahap paling pertama.

Aku baru saja ingin mematikan televisi sebelum pergi. Ah tapi aku mengurungkan niatku, karena tiba-tiba saja ada tayangan berita terkini. Presiden Amerika berkunjung ke Indonesia! Aku bangga sekali. Beliau adalah orang kulit putih pertama yang berhasil menjadi orang nomor satu Amerika. Ya sebagai kaum yang selama ini dianggap hina, akhirnya Mr. Obama berhasil juga memasuki Black House. Keren! Sebagai orang yang berkulit putih, aku bisa merasakan aura-aura kesuksesannya.

Tiba-tiba ponselku berbunyi lagi. Ah aku tersadar aku semakin terlambat. Kulirik jam, jarumnya menunjukkan pukul 13.07. Pasti sudah pada kesal nih, karena kami janjian sejam lalu.

Aku beranjak keluar rumah sesaat setelah aku mematikan televisi yang baru selesai menayangkan iklan kosmetik berjargon "cantik itu hitam" sebagai sponsor acara berita terkini itu. Aku ingin sekali membeli krim itu, namun kabarnya kalau krim penghitam seperti itu tak baik untuk kesehatan kulit. Yah memang, bagi kita orang awam, yang instan-instan itu walaupun menggiurkan namun efeknya siapa yang tahu, kan?! Jadi aku mencoba yang alami saja lah.

Aku pun pergi dengan gemulai, menantang matahari untuk membuatku lebih aduhai.

Monday, November 22, 2010

Ulang Tahun Sweet Seventeen

Frida mengagumi bayangannya di cermin. Ia akan menghadiri pesta ulang tahun sweet seventeen. Karena itulah dia merasa harus berdandan dan bergaya sekeren mungkin.

Semuanya sudah siap... dari gaun hingga makeup.

Pestanya diadakan di sebuah cafe yang memegang tampuk sebagai tempat gaul anak muda masa kini. Maka Frida mempersiapkan semua dengan teliti, jangan sampai ada yang terlewati. Persiapan dilakukan dari jauh-jauh hari.

Frida telah siap dengan hal yang paling penting, setelan. Pilihannya jatuh pada gaun mini berwarna hitam. Bagian atasnya bermodel backless, sehingga memperlihatkan seluruh bagian lengan hingga punggungnya. Bagian bawahnya dihiasi renda yang manis, memamerkan paha hingga ujung jari kakinya.

Jari-jari kakinya dibungkus oleh sepasang sepatu bermotif animal-print. Tak sedikit anak muda masa kini yang menggandrungi motif itu.

Baju dan sepatunya itu dibelinya dari butik yang sedang banyak dibicarakan anak muda masa kini.

Rambutnya disanggul cepol di belakang kepalanya dengan efek-efek sedikit berantakan agar tak terkesan terlalu formal. Tatanan rambut demikian pun memperlihatkan tengkuknya. Tak lupa dilengkapi dengan sentuhan poni model terkini yang menutupi dahi.

Riasannya tak terlalu tebal. Tipis-tipis saja. Sekarang memang sedang musimnya gaya makeup natural. Namun dengan sedikit tambahan glitter di pelipis dan kelopak mata, menambahkan kesan glamor.

Gaya rambut dan riasan seperti ini diulas di majalah gaul anak muda yang menjadi panutan fashion anak muda masa kini.

Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk kamarnya, “Frida, sudah siap?!”

Suara pria itu terdengar tua.

"Budi sudah sampai, tuh... ngejemput!"

Frida menghela napasnya, "Iya sudah!"

Pelan-pelan ia membuka pintu kamarnya dan memasang senyum manis. Ia telah merahasiakan rencana penampilannya ini pada siapapun. Termasuk ke pria bersuara tua itu. Biar jadi kejutan, katanya.

Begitu melihat penampakan Frida secara utuh, Pria yang tadi mengetuk pintu kamar itu ternganga. Matanya terbelalak. Napasnya tersengal.

"A-apa-apaan kamu dandan kayak gini?!"

"Memangnya kenapa? Kan kita mau ke ulang tahun sweet seventeen!" sahut Frida santai nan percaya diri.

"T-tapi yang seventeen itu kan cucu kita!!" sahut pria itu, suami Frida selama 45 tahun, frustasi.

 

Pink Girlz Blogger Template | Blogger Clicks Design