My Profile

My photo
Jakarta and Bandung, Indonesia
Just an engineer who loves what she does and does what she loves (engineering stuffs not included)

My Time

My Living Room


ShoutMix chat widget

Who Visit Me

Kasih Makan Ikan Saya yaa!!

My Followers

Tuesday, February 16, 2010

Alay Seksi (Bagian 3)

(Cerita sebelumnya...)

***

“Aku benar-benar jatuh cinta padamu sampai gila!”

Barbara tertohok sejadi-jadinya. Sesaat ia membayangkan hubungannya dengan Alay jika mereka jadian. Ah... betapa kontroversialnya seperti Mike Lewis dan Tamara Blezynski. Namun dibalik itu, ah... betapa cute-nya, seperti Yoko dan Bibi Lung.

“Aku ingin menikahimu. Aku ingin kau menjadi bagian dalam hidupku. Selamanya!”

Sekarang Barbara membayangkan bagaimana pernikahan mereka nanti. Betapa serunya apabila tamu-tamunya nanti adalah para vampir dan manusia serigala. OMG! Itu bisa menjadi pernikahan paling eksotis abad ini.

“Dan liburan ini aku mau ke Amerika mengunjungi keluargaku yang ada di sana. Aku ingin memperkenalkan kamu ke keluargaku.

Sekarang pikiran Barbara melayang ke Negara itu. Ia membayangkan bertemu dengan artis-artis papan atas kesayangannya: John Stamos, Cinthya Rothrock, Chuck Noris, hingga Tomy Page. Dan ia akan berfoto bersama mereka untuk dipajang di facebook-nya. Cool!

“Bagaimana? Kamu mau kan jadi pacarku? Aku kan keren!”

Barbara tersadar dari lamunannya dan membuang semua imajinasi liar itu jauh-jauh.

“Ehem...” Barbara membersihkan kerongkongannya, padahal tak berdahak. Itu hanya sebagai aksen agar menutupi ke-salting-annya. “Alay… karena kau sudah jujur padaku. Inilah saatnya aku untuk jujur,” ia berhenti sejenak.

Mata mereka beradu. Walaupun gugup menanti jawaban yang akan keluar dari mulut gadis manis di hadapannya, namun Alay yakin bahwa Barbara pasti akan menerima cintanya.

“S-sebenarnya, a-aku sudah punya p-pacar, Lay,” katanya gagap sembari menatap dalam-dalam mata Alay.

Rahang Alay mengeras, giginya menggemeletuk, matanya menyipit, napasnya mendengus, telinganya meruncing, perasaannya menjadi tak karuan. Alay merasa seperti jatuh setelah terbang sangat tinggi.

“Kenapa kau baru mengatakan ini padaku? Tak tahukah betapa aku jatuh cinta padamu semenjak kita bertubrukan di depan WC waktu itu? Tak tahukah kau bahwa aku semakin jatuh cinta padamu saat melihat rambutmu tersibak angin di bawah sorotan lampu jalan malam itu?” matanya kini berkaca-kaca. Ekspresinya tepat seperti saat Fernando Jose Altamirano ditinggalkan oleh Rosalinda Ayamo.

“A-aku juga tertarik padamu kala itu. Namun kau datang terlambat. Hatiku sudah kutambatkan pada pelabuhan jiwaku. Dia adalah Sumanto, kekasihku. Ah, jika saja kau datang lebih cepat!”

Alay kecewa bukan kepalang. Dia tak tahu apa yang dilakukannya di sana, bersama gadis yang sangat dicintainya, namun tak berdaya, karena ia telah memiliki kekasih adanya.

“Kalau begitu kita sudahi saja pertemuan kita sampai di sini. Semoga kau berbahagia dengan kekasihmu!” buliran air mata sudah membasahi pipinya tepat saat ia memalingkan wajahnya dari barbara.

Barbara merasakan kepedihan dari pemandangan itu. Ingin rasanya ia menghambur untuk memeluknya. Namun takutnya, kalau sudah pelukan bisa terjadi hal-hal yang diinginkan.

“Tapi, Lay… kita masih memiliki harapan, walaupun secuil.”

“Ha-ha-r-rap-pan a—hap-pah?” Alay mencoba berbicara sembari terisak, ternyata susah juga. Alay memang sudah lama tak menangis. Terakhir Alay tersedu sedan adalah saat ia menonton AADC beberapa tahun lalu, pada adegan dimana Rangga bertengkar dengan Cinta, hingga Cinta mengeluarkan kata-kata 'Jadi salah gue?! Salah temen-temen gue?!'

“Lay, ingatlah Johan!”

Johan?” Alay bingung. “Siapa lagi dia? Bukankah nama pacar kamu itu Sumanto? Sebenarnya pacar kamu itu berapa sih?” nada suara Alay meninggi tanda emosi.

Bukan, Lay!! Johan... Jodoh di tangan Tuhan!” Barbara menjawab dengan suara lembut untuk meredakan ketegangan.

Alay mengatur napasnya. Ia merasa malu sudah meneriaki gadis itu. Dadanya yang bidang, kencang, dan licin karena diolesi body balm naik-turun mengatur napasnya yang tersengal.

Barbara menyentuh tangan Alay, “Kalau anumu sudah agak gedean…”

Anu-ku?” Alay bingung. Malam itu Alay memang jadi sering ling-lung.

“Euuh... maksudku umurmu. Kalau umurmu sudah agak besar, siapa tahu kita akan ketemu lagi dan kita akan menjadi pasangan, walapun nanti kau akan dicap pacaran sama tante-tante dan aku dicap sebagai pencinta brondong. Namun itu masih lama. Kau masih punya kehidupan yang luas di hadapanmu. Percayalah! Lagipula dunia tak selebar daun kelor! Barbara menjelaskan dengan sabar. Sekarang matanya ikut-ikutan berkaca-kaca. Bukan apa-apa, hanya ada debu yang menempel di matanya, tapi ia tak mau menguceknya karena takut bulu mata palsunya rusak.

Alay menyerap kata-kata indah yang keluar dari bibir seksi nan dibalut oleh suara yang merdu itu. Dalam hati ia menghitung-hitung. Dalam waktu lima tahun lagi, ia akan berumur 20-an dan tentunya umur Barbara juga akan bertambah lima. Jadi berapa ya umurnya nanti? Alay memang sangat lemah dalam berhitung cepat.

Baiklah, Barbara. Sekarang aku mengerti. Karena anuku masih kecil…”

Anumu kecil?” Barbara memotong kata-kata Alay.

Maksudnya, karena umurku masih kecil, maka aku harap di masa depan, saat anuku... euh maksudku umurku sudah agak gedean, kita akan bertemu lagi. Dan semoga kita berjodoh,” Alay berkata tulus.

Barbara mengangguk mantap sok imut a la gadis-gadis jepang, dengan mulut agak dimanyunkan, bagian hidung agak dikerutkan, dan mata disipit-sipitkan.

“Baiklah, Barbara. Aku rasa aku akan pergi!” Alay berkata mantap. Ia mencium telapak tangannya kemudian meniupkan ciuman itu melalui angin. Istilahnya mah kiss bye!

Alay membalikkan badannya menjauhi Barbara. Namun saat ia berjalan beberapa langkah menuju pintu keluar restoran itu, Barbara seperti teringat sesuatu.

“Alay… tunggu!! Ada satu hal lagi!”

Alay menengok lambat-lambat.

Maaf... Tapi aku pulang pake apa ya? Di sini kan tidak lewat angkot, wajah Barbara memelas, yang tentu saja membuat Alay gemas, ingin meremas, lalu keramas.

“Oh betul juga ya! Tapi... ah, maaf! Aku sedang tidak bisa berdekatan denganmu. Terlalu menyakitkan. Begini saja. Ini uang untuk sewa taksi. Jangan pake taksi abal-abal, ya! Aku tak mau kamu kenapa-kenapa.

Barbara mengulangi lagi adegan mengangguk-sok-imut-nya itu.

Mereka akhirnya benar-benar berpisah. Barbara mencegat taksi dan pulang dengan perasaan lega. Di dalam taksi, ia merenung bahwa betapa kesetiaan itu sangat mahal harganya.

Barbara terdiam dalam keheningan di dalam taksi. Hanya terdengar suara bergemeresak dari radio komunikasi taksi. Namun Barbara bisa mendengar suara orang di radio komunikasi itu memberi arahan, “Perhatian kepada armada GR di daerah pom bensin Dago, ada calon penumpang gupay-gupay!”

Barbara sampai dengan selamat di kosannya. Sesampainya di sana, telah menanti Sumanto yang berdiri menyandar di batang pohon rindang dengan kemejanya yang selalu terbuka dan angin mengibarkan rambutnya yang halus. Sumanto tak pernah mengancingkan kemejanya. Selain karena ia menyukai angin menerpa dadanya, ia pun merasa dadanya terlalu bagus untuk disembunyikan. Lagipula ia tahan angin malam.

“Hai, sayang! Aku pulang lebih cepat, nih! 'Coz, I miss you so much!

Barbara menatap pria itu. Ia pun menyadari satu hal, ia tak menyesali keputusannya, karena ternyata ia betul-betul mencintai kekasihnya itu.

Berhembus angin malam... mencekam. Dua sejoli itu pun berdansa di bawah sinar bulan yang temaram.

Ah... Kisah CInta Segitiga

10 comments:

Anonymous said...

boronx xali kao jor

Unknown said...

hahaha, kocak abis!!
kreatif bgt lo nyes..

jadi hubungan yoko, rosalinda, ama rangga dan cinta apa?
dasar.. hahahaha

eh, satu lagi nyes, gupay2 apaan?

Anonymous said...

ahhh love barbara...

nasib brondong.. ditinggalkan ketika film habis, walau belinya yang large..

ronaldsilitonga said...

Ketika cinta harus memilih, aku memilih untuk..gupay-gupay!! Hahaha :D

rahmathya a.k.a maknyes said...

@Larryvo: Bayangkan lo menyegat angkot!! Gaya saat lo melambai menyegat angkot itulah yang namanya gugupayan :D

@Videl: iiih mencoba melucu yaaa?? :p

@Ronal: hihi maacih yaaa telah melewati pengalaman itu bersama :))

fans said...

bok lucu loh cerita lo wkwkwkwkwkw (gue alay dong?)
dan asal lo tau gue mencoba mempraktekkan menjadi gadis jepang yang sok imut...dem !

-fans-

imonika said...

ceritera yang sangat keren sekali dan membuat gue geregetan karena gue suka sama jacob!
hadah. kirim ke majalah doong, pasti diterbitin. serius!
tidak disarankan mengirim ke majalah mistis, karena ceritera ini tidak seram adanya

Tama said...

Nyes, ceritanya bagus. Ga nyangka imaginasi maknyes ternyata seperti ini...hehe

rahmathya a.k.a maknyes said...

@ Fans: heheh maacih yaaa. Btw kamu cewek apa cowok ya? Agak serem soalnya membayangkan kalau cowok mau sok imut macam cewek Jepang :D

@ Monika: Hehe... maapyeee... abis akikah ga suka Twilight siih ;p

@ Yow: Yoomamen!!! tnx udah mampir yak!! Boleh loh disebarin ke rekan2nya :D

M. Lim said...

oh... karena aku magabut, maka harus menahan tawa sambil membaca.
Kok ya pas baca postingan yang ini, pas mau meledak ketawa... pas bos lewat TT_TT
terus... terus aku menahan ketawa keluar dari mulut, tapi yang keluar malah ingus sama upil dari hidung TT^TT *
untung bawa tisu basah, jadi bisa bersihin laptop yang tercemar ceceran upil dan ingus. Semoga bos tadi gak denger saya mbunjrut. amin.

 

Pink Girlz Blogger Template | Blogger Clicks Design